TIARA: KISAH SUKSES MENULIS ARTIKEL DI JURNAL ILMIAH SINTA 2

Nama : Tiara Ersha Octari, S.Psi

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 9 Oktober 1995

Tahun masuk Fakultas Psikologi: 2014

Tahun tamat: 2018

Judul Skripsi: Pengaruh Konsep Diri dan Lokus Kontrol Kesehatan terhadap Kualitas Hidup Penyandang Diabetes

Profesi sekarang: HRD di PT. Saipem Indonesia

Judul artikel : THE ROLE OF SELF-CONCEPT AND HEALTH LOCUS OF CONTROL ON QUALITY OF LIFE AMONG INDIVIDUALS WITH DIABETES

Link artikel: https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/21587

Mahasiswa zaman melineal memiliki tuntutan akademik yang lebih berat dibanding mahasiswa zaman ‘babe gue’ dulu. Salah satunya adalah kemampuan menulis karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal nasional atau internasional. Memiliki karya ilmiah di jurnal menjadi kebanggaan tersendiri bagi mahasiswa. Namun, proses menulis artikel, sejak mengirim sampai terbit tidak mudah. Banyak tantangan. Liku-likunya juga panjang.

Salah satu alumni Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang berhasil menembus jurnal nasional SINTA 2 adalah Tiara Ersha Octari. Berikut ini kisah dan pengalamannya dari proses penulisan sampai penerbitan.

Ide menulis

Awalnya saya menulis artikel karena diminta pembimbing skripsi saya. Ceritanya, setelah wisuda, saya menyerahkan skripsi dalam bentuk hard copy dan soft copy. Tempatnya di ruang dosen lantai dua. Dosen saya bertanya, “Apa rencana kamu setelah tamat?”.

“Saya akan cari pekerjaan. Tapi nanti ada niat untuk meneruskan kuliah ke S2 Profesi Psikolog”, jawab saya.

Terus dosen saya bilang, “Kalau kamu mau lanjut studi, sangat bagus kalau punya karya ilmiah. Skripsi kamu ini bagus. Layak diterbitkan di jurnal ilmiah nasional. Tapi format dan cara penulisannya berbeda dengan skripsi. Saya akan carikan jurnal yang cocok untuk artikel kamu”.

Setelah mendengar pesan dosen tersebut, jujur saya sangat excited. Saya tahu untuk bisa lanjut ke profesi itu ngga mudah, dan saran pembimbing saya sebenarnya sudah ada dalam to-do-list saya.  Tapi saya juga tahu, menulis artikel juga tidak mudah dan pasti panjang sekali langkah-langkahnya. Secara diplomasi saya jawab dengan singkat, “Baik, Pak”. Saya terus pamit meninggalkan ruang dosen.

Berbagi peran

Tidak lama setelah itu, saya menerima pesan singkat lewat WA. Intinya dosen pembimbing saya sudah menemukan jurnal, yaitu Jurnal Psikologi UNDIP. Terakreditasi SINTA 2. Saya diminta membuka web jurnal tersebut untuk mencari “Guidelines for authors”, proses pengiriman artikel,  dan  mengunduh contoh artikel yang sudah terbit. Saya baca dan mencoba untuk memahaminya.

Weih…berat juga. Banyak sekali ketentuan yang harus saya lakukan. Perlu kerja keras lagi. Saya pun menyampaikan kesan ini ke dosen pembimbing untuk mendapatkan solusi. Dia meminta saya untuk mengirimkan artikel yang pernah saya berikan ke Program Studi sebagai syarat kelulusan. Artikel saya kirim via email. Tapi, menurut dosen, banyak sekali yang harus diformat ulang cara penulisannya. Terutama di bagian pendahuluan.

Saya diberitahu bagian pendahuluan ini bagian yang paling berat. Alur pikir, logika yang dibangun, dan cara penyajian harus runut. Bahasa juga harus mengalir. Enak dibaca. Mudah dimengerti. Tidak ngalor ngidul. Alias to the point. Disamping didukung dengan kajian literatur terkini. Maka bagian pendahuluan ini dikerjakan oleh dosen pembimbing. Demikian juga bagian pemaparan hasil dan diskusi. Diformat ulang oleh dosen pembimbing.

Setelah artikel jadi, saya diminta untuk membuat akun Jurnal Psikologi UNDIP. Ini syarat utama untuk bisa kirim artikel. Karena semua proses dilakukan melalui sistem. Kemudian saya kirim artikel.

Proses menunggu artikel sejak dikirim sampai ada keputusan diterima sangat lama. Artikel saya kirim bulan Desember 2018. Sempat ada review pertama dan saya kirimkan revisinya. Sejak itu, sekitar enam bulan tidak ada kabar apa-apa dari pihak jurnal. Oleh dosen pembimbing saya diminta menanyakan ke editor via email. “Bagaimana status artikel saya dengan judul ini? Apakah bisa dimuat atau tidak. Jika tidak, saya akan kirim ke jurnal lain”. Demikian pesan yang saya tulis di email.

Balasan dari editor menyatakan artikel masih dalam proses review. Hasilnya akan diberitahukan jika proses tersebut sudah selesai.

Nah, sekitar bulan Agustus 2019, saya dapat email. Artikel bisa diterima tapi ada revisi yang harus saya lakukan sesuai dengan saran reviewer.  Untuk proses revisi ini saya konsultasi lagi ke dosen pembimbing. Saya diarahkan bagaimana melakukan revisi dan merespon komentar reviewer. Saya juga konsultasi dengan teman yang jago statistika, berhubung beberapa materi hampir menguap setelah masuk dunia kerja.  Hehehe. Hasil revisi yang saya lakukan dicek ulang oleh dosen pembimbing. Setelah dia menyatakan Oke, saya diminta mengirimkan kembali ke editor jurnal.

Pengalaman yang seru dan bikin tertekan adalah ketika pihak jurnal meminta revisi dalam batas waktu yang singkat, yaitu dua minggu. Sementara saya sudah bekerja. Ada deadline pekerjaan di kantor juga. Dalam kondisi seperti ini, saya selalu konsultasi ke pembimbing. Jadi antara saya dan pembimbing selalu berbagi peran. Saling melengkapi.

Seingat saya ada dua permintaan pihak editor yang bikin saya agak tertekan. Artikel harus diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Sebab pihak jurnal menerapkan kebijakan baru, untuk edisi tahun 2020 seluruh artikel harus dalam bahasa Inggris. Untungnya pihak jurnal memberi rekomendasi pihak yang bisa menerjemahkan. Berbayar sih. Tapi masih terjangkau. Untungnya saya sudah kerja sebagai HRD. Alhamdulillah. Patut disyukuri.

Kedua, menurut editor jurnal gaya dan tata cara penulisan artikel harus sesuai dengan APA Publication Manual Edisi 7. Banyak yang disesuaikan: penulisan Tabel dan Figur, simbol, dan referensi.  Termasuk disuruh mengganti referensi yang sudah kuno. Untungnya saya dikirimi soft file APA Manual tersebut oleh dosen pembimbing.

Singkat cerita. Artikel saya akhirnya terbit pada bulan April 2020. Lega rasanya setelah cukup lama menunggu dengan segala dinamikanya. Seru. Tapi banyak hal yang saya pelajari dari proses ini. Ada lesson learned. Ini yang akan saya share kepada adik-adik mahasiswa.

Pesan buat adik kelas

Buat adik-adik mahasiswa Fakultas Psikologi, saya punya harapan khusus. Bukan untuk riya’ atau sombong ya (na’udzubillah min dzalik). Tapi untuk memotivasi kalian semua.

Sejak mengambil mata kuliah, mahasiswa harus sudah berlatih menulis. Tugas menulis esai sangat membantu. Ingatkan kalian, mata kuliah yang ada tugas esai. Kemudian, banyak membaca dan mencari sumber dari internet. Terutama artikel jurnal internasional. Sekarang sudah hampir semua jurnal open access. Tetapi tetap diperlukan keterampilan menelusuri artikel di jurnal lewat internet. Tentunya, kemampuan berbahasa Inggris mutlak diperlukan.

Saya sangat yakin guezz, kualitas skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Jakarta sangat bagus. Layak diterbitkan di jurnal nasional atau internasional. Permasalahannya, bagaimana mahasiswa berkolaborasi dengan dosen pembimbing. Saling berbagi peran. Saling kerja sama. Dosen tidak hanya menyerahkan tugas menulis artikel kepada mahasiswa. Tapi memberi arahan yang jelas. Apa yang harus dilakukan. Bagaimana melakukannya. Jadi Peran pembimbing sangat penting.

Nah, yang lebih penting lagi adalah memiliki pengetahuan “Apa yang harus ditulis dan bagaimana menuliskannya”. Misalnya, di bagian pendahuluan itu apa yang harus ditulis jika jika judul artikel seperti ini. Alur pikirnya seperti apa. Keterkaitan antar paragraf bagaimana. Cara membangun argumen yang kokoh bagaimana.

Pengetahuan dan keterampilan ini, ada dalam proses penulisan skripsi. Jadi, kalau nulis skripsi, jangan hanya sekedar selesai saja targetnya. Tapi harus ada lesson learned yang bisa diterapkan dalam penulisan karya ilmiah di kemudian hari.

Ingat ya, akan sangat berat sekali saat menulis skripsi jika tidak terbiasa menulis sejak aktif mengambil mata kuliah. Pengalaman teman-teman yang tidak biasa menulis, ketika menyerahkan draf skripsi, beberapa kali ditolak pembimbing gara-gara kalimat tidak jelas. Sulit dimengerti: maksudnya apa? Kalimat terlalu panjang. Kalimat tidak sesuai dengan pakem “SPOK”–Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan.

Selain itu,  hal-hal teknis penulisan harus sudah settle (selesai) dari awal. Misalnya, berapa jumlah kata untuk abstrak. Jenis huruf dan font size-nya berapa. Termasuk yang harus dikuasai adalah  penulisan referensi dengan aplikasi seperti Grammarly, Zotero, atau Mandelle. Kalau untuk menulis tugas kuliah, hanya perlu lima referensi, masih bisa ditulis secara manual. Tapi kalau untuk skripsi atau jurnal ilmiah, referensi ada 50-an atau lebih, jangan sekali-kali menulis referensi secara manual. Bisa stres. Karena akan banyak kesalahan. Dan banyak makan waktu (time consumming).

Teman-teman dan adik-adik mahasiswa, itulah bagian dari sharing saya kali ini. Semoga bermanfaat.

Last bust not least, terimaksih kepada para dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta atas bimbingan, pengalaman, dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan. Proud of you all.