Tema ini adalah judul orasi ilmiah Prof. Dr. Achmad Syahid di awal tahun 2021. Tema ini menarik dan unik karena tidak banyak yang langsung faham di balik makna polimatik. Saya mendengar banyak komentar yang salah dalam memahami konsep ini karena nyaris kurang familiar dalam pendengaran publik umum, keculi Anda mau mencarinya di google search dan membaca sedikit penjelasan tentang konsep ini di salah satu bagian yang ditampilkan google kepada Anda.
Politamatik adalah istilah untuk menjelaskan tentang intelektual atau pemikir yang menguasai banyak ilmu pengetahuan karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bukan hanya itu, polimatik tentu saja menggambarkan kemampuan seorang akademisi atau ilmuwan untuk mengintegrasikan beberapa ilmu, baik dalam konteks ilmu pengetahuan an sich atau dalam konteks penerapannya.
Ilmuwan dan praktisi polimatik telah ada sejak lama. Bahkan dalam berbagai peradaban dunia, manusia-manusia polimatik ini bertebaran di mana-mana dalam rangka menyebarkan ilmu pengetahuan dan kemaslahatan bagi kemanusiaan. Dalam peradaban Islam, kita menemukan para ulama dan pemikir yang mendapatkan gelar allamah, hujjah dan lain-lain yang menguasai banyak ilmu pengetahuan pada saat itu karena memiliki rasa ingin tahu (scientific curiosity) yang tinggi untuk menguak berbagai rahasia kehidupan dan kemanusiaan.
Sebut saja misalnya, Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali contoh tokoh ulama polimatik yang memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal. Ia dikenal sebagai filosof, sufi, agamawan, pakar pendidikan dan manajemen pendidikan. Contoh lain tentu saja banyak, misalnya Ibnu Sina adalah contoh nyata manusia polimatik dari dunia peradaban Islam masa lalu. Jika para pembaca budiman ingin tahu tentang apa, siapa dan bagaimana karakteristik manusia polimatik, sila klik tautan berikut ini: Manusia Manusia Polymath.