Generasi melinial Indonesia rentan kecanduan smartphone. Tingkat kecanduan smartphone sudah pada taraf yang mengkhawatirkan. Apa itu kecanduan atau adiksi smartphone? Mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana mengatasinya?
Kajian literatur menunjukkan remaja berada pada masa perkembangan yang rentan terhadap kecanduan dan masa remaja berada pada tingkat risiko kecanduan yang tinggi secara kultural. Secara khusus, remaja telah diidentifikasi sebagai kelompok yang mengalami resiko utama dari kecanduan smartphone. Kecanduan smartphone merupakan perilaku penggunaan smartphone yang berlebihan dan menganggu kehidupan sehari-hari.
Data dari lembaga riset Digital Marketing Emarketer menunjukkan pada tahun 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Lembaga We Are Social (2017) menyatakan bahwa jumlah telepon seluler di tanah air mencapai 371,4 juta atau 142 persen dari total populasi sebanyak 262 juta jiwa. Ponsel yang tersebar untuk digunakan lebih banyak dibandingkan penggunanya. Artinya satu orang pengguna ponsel bisa memiliki lebih dari satu buah ponsel.

Menurut penelitian yang dilakukan Usni Dwi Ambarwaty (2018) alumni Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab kecanduan smartphone pada remaja, yaitu rendahnya kontrol diri, kesepian, dan sensation seeking behavior. Secara statistik kontribusi ketiga variabel ini terhadap kecanduan smartphone sebesar 23.7%.
Penelitian tersebut dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian berjumlah 327 siswa MAN 02 Bekasi, berusia 15-18 tahun, yang diambil dengan teknik non probability sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Smartphone Addiction Scale (SAS), Self Control Scale, UCLA Loneliness Scale, dan Sensation Seeking Scale V. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan siswa MAN 02 Bekasi memiliki kecanduan smartphone yang tinggi dengan persentase sebesar 52.3%. Artinya sebesar 52.3% siswa menggunakan smartphone mereka secara berlebihan sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya.
Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri yang rendah mengakibatkan seseorang tidak mampu mengendalikan perilakunya ketika memakai smartphone. Semakin rendah kontrol diri seseorang, semakin tinggi tingkat kecanduan smartphone.
Selain kontrol diri, kesepian menjadi faktor lain yang menyebabkan seseorang mengalami kecanduan smartphone. Semakin tinggi rasa kesepian seseorang, semakin tinggi tingkat kecanduannya. Seseorang yang kesepian cenderung untuk berbicara lebih sedikit, mereka menghabiskan sedikit waktu untuk melakukan aktivitas sosial dan lebih banyak waktu sendirian. Karena kesepian, seseorang enggan berkomunikasi secara tatap muka, mereka cenderung berinteraksi dengan orang lain melalui smartphone.
Penyebab ketiga adalah sensation seeking behavior, yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu karena mencari sensasi melalui pengalaman yang bervariasi, baru, dan kompleks. Semakin sering seseorang menunjukkan sensation seeking behavior, semakin tinggi tingkat kecanduannya.

Karena faktor sensation seeking behavior, tidak jarang seseorang menggunakan smartphone pada saat mengemudi, berjalan, menyebrang, atau menunggu transportasi umum mengalami kecelakaan. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan terbanyak di Indonesia saat ini adalah penggunaan ponsel saat berkendara atau berjalan.
Smartphone ibarat dua sisi mata uang yang memiliki dampak positif dan negatif. Diantara dampak positif dari penggunaan smartphone adalah membari kemudahan dalam melakukan komunikasi interpersonal melalui media sosial, membaca e-book, mengirim dan membalas ¬e-mail, mengirim pesan singkat, mengelola agenda kegiatan, mendapatkan hiburan seperti permainan, mengakses internet, berbelanja secara daring (online), dan melakukan aktivitas pribadi lainnya.
Selain memiliki dampak positif, smartphone juga memiliki dampak negatif. Pengguna smartphone cenderung sibuk dengan dirinya dan tidak peduli terhadap orang di sekitarnya. Bahkan, tidak sedikit individu yang menggunakan smartphone pada saat makan bersama keluarga maupun rekan-rekannya, mereka sibuk dengan smartphone dengan bermain games, chatting dengan orang lain, atau sekedar memperbarui status di media sosial, seperti Facebook, IG, Twitter dan lainn
Bagaimana mengatasi kecanduan smartphone? Kontrol diri merupakan variabel yang terpenting untuk menghindari penggunaan smartphone yang berlebihan. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi, mereka akan mampu mengendalikan perilakunya dalam menggunakan smartphone. Peran orang tua sangat penting dalam meningkatkan kontrol diri anak-anak mereka. Kepada orang tua, supaya meningkatkan literasi penggunaan smartphone. Yaitu menekankan pada aspek kemaslahatan dan kebermanfaatannya, misalnya menggunakan smartphone untuk belajar bahasa Inggris, mencari bahan belajar, dan menulis esai atau catatan harian yang inspiratif.