Dalam kehidupan seseorang, tentunya tak lepas dari berbagai masalah, baik itu tekanan sehari-hari, maupun masalah kesehatan mental yang serius. Salah satu cara un tuk mengatasi masalahnya adalah dengan menceritakan atau meminta bantuan kepada teman, konselor atau siapapun yang kita percaya.
Pentingnya mencari bantuan itulah yang menjadikan Discusion Community Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan Webinar Internasional bertema Cross Cultural Studies: Help Seeking Intention, dengan mendatangkan dua narasumber, pertama, Misaki Morita, mahasiswa Fakultas Psikologi dari Universitas Tsukuba Jepang. Kedua, Hannaila Hurin Iyn, mahasiswa Fakultas Psikologi dari Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara ini disampaikan dalam Bahasa Inggris dari awal sampai akhir.
Kegiatan ini dilaksanakan via daring oleh LSO Discussion Community Fakultas Psikologi UIN Jakarta pada 14 Januari 2021. Acara ini dihadiri kurang lebih 300 peserta.

Dalam sambutannya, Yunita Faela Nisa, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama menyampaikan “acara ini sangat bagus dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan wawasan psikologi kita dari kawan-kawan yang belajar psikologi di kampus mancanegara. Acara ini juga meningkatkan peluang kolaborasi mahasiswa, baik untuk diskusi maupun riset.”

Dalam pemaparannya, Misaki Morita memberikan pengetahuan baru terkait penelitian dengan topik Help-Seeking Intention. Misaki menyampaikan “Kita perlu meningkatkan kesadaran mahasiswa, dan masyarakat secara luas mengenai pentingnya mencari bantuan kepada teman, konselor atau siapapun yang kita percayai”. Selanjutnya, ia sampaikan “Bagi sebagian orang, meminta pertolongan kepada teman ataupun konselor adalah cara yang utama dan paling mudah dilakukan sebelum masalah menjadi bertambah besar dan mempengaruhi masalah kesehatan mental lebih buruk lagi.”

Narsum selanjutnya, mahasiswa FPsikologi UIN Jakarta, Hannaila Hurin Iyn. Ia memaparkan “Help seeking intention ini penting di Indonesia, karena data statistik terkait penyakit psikologis memaksa untuk memunculkan ide niat mencari pertolongan”. Selanjutnya, Hurin menyampaikan, “ada dua sumber pertolongan yaitu sumber formal, seperti konselor, pemuka agama, psikolog, dsb, dan sumber informal, seperti kelompok pertemanan, anggota keluarga, orang dewasa, dsb. Sumber tersebut dapat menjadi pertolongan pertama bagi siapa saja yang menghadapi masalah”.
Dari beberapa kasus, kesadaran mencari bantuan pada orang-orang Indonesia tergolong masih rendah. Ada beberapa faktor yang memengaruhi niat mencari bantuan, antara lain: 1) Stigma: stigma sangat berpengaruh dalam perilaku niat mencari bantuan. Berdasarkan penelitian, hal yang dapat menghambat dalam perilaku niat mencari bantuan adalah “rasa malu”. 2) Dukungan Sosial: Seseorang cenderung mencari bantuan dari orang-orang jejaring sosial mereka. 3) Literasi kesehatan mental: literasi kesehatan mental dapat mengurangi stigma terhadap orang yang mempunya penyakit menyal dan dapat meningkatkan perilaku mencari bantuan. 4) Demografi: di banyak Negara, wanita lebih banyak mencari bantuan daripada pria.
Demikian reportase acara international webinar pertama di bulan Januari 2021. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di acara kemahasiswaan berikutnya.